Super Junior-Mr.Simple

Minggu, 18 Desember 2011

Cerpen

Pengorbanan Sahabat

Terjalin sebuah persahabatan antara Dea dan Nando. Dea adalah gadis yang cantik, baik hati dan ramah, bukan hanya itu Dea juga sangat berprestasi di sekolahnya, ia selalu aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan di sekolahnya. Sedangkan Nando, yah,,, bisa dikatakan dia lumayan ganteng, tapi dia juga tidak kalah pintarnya dengan Dea. Dea dan Nando memang sahabat yang tidak pernah terpisahkan. Mereka selalu bersama, berangkat sekolah bersama, jalan bersama, dll. Mereka sudah berteman sejak kecil sampai sekarang mereka sudah duduk di bangku SMA kelas X, sekolah di SMA Angkasa Bandung. Setiap harinya Nando selalu menjemput Dea kalau berangkat sekolah.
Pagi yang cerah tepatnya hari senin, seperti biasa mereka berangkat sekolah, Nando dengan setia menjemput Dea, mereka berangkat lebih pagi dari biasanya. Setelah Nando menjemput Dea, mereka berdua menuju sekolah. Sesampainya mereka di sekolah, bel sekolah telah berbunyi, waktunya untuk upacara. Setelah turun dari mobil, Nando segera menarik tangan Dea, karena dia takut terlambat. Dea pun kaget tangannya ditarik oleh Nando dengan begitu keras, sehingga tangan Dea sakit.
Mendengar suara Dea yang kesakitan, Nando pun melepas tangan Dea. Untunglah mereka tidak terlambat. Kalau sampai terlambat, pasti mereka akan dihukum oleh guru BK atau bisa saja mereka disuruh pulang.
“Maaf De.. Aku gak bermaksud untuk menarik tanganmu, karena tadi bel sudah berbunyi. Jadi aku kaget dan di pikiranku hanya terbayang akan rasa takut terlambat!!” kata Nando merasa bersalah.
“Ya nggak pa-pa kok.. Tetapi lain kali jangan seenaknya narik-narik tangan aku seperti itu” jawab Dea yang masih kesal.
“Ya... Aku janji nggak akan ngulangi lagi. Tapi kamu jangan marah dong!!” kata Nando dengan nada memohon.
“Hmm... Aku nggak marah kok” jawab Dea singkat
“Makasih ya...” kata Nando dengan senang karena telah dimaafkan oleh Dea.
Semua murid segera berlarian menuju ke lapangan tengah untuk mengikuti upacara hari senin, termasuk Nando dan Dea. Semua murid berbaris menurut kelasnya masing-masing. Nando dan Dea satu kelas, sehingga mereka baris bersama. Saat upacara akan di mulai, tiba-tiba ada seorang cowok datang dan berbaris dekat Dea. Dea pun kaget dengan kedatangan cowok tersebut. Kemudian Dea melihat cowok itu dengan saksama mulai dari atas sampai ke bawah, ganteng, dan keren.
Sesuatu yang aneh terjadi kepadaku jantungku berdetak dengan cepat, darahku seperti mengalir dengan deras hingga kepalaku dan wajahku merah, aku berkata dalam hati “perasaan apa ini mengapa aku jadi aneh kayak gini? Apa yang terjadi denganku? Apakah ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Aku jatuh cinta padanya?” tapi tak dapat ku pungkiri aku memang jatuh cinta padanya. Tiba-tiba cowok itu berbicara dengan Dea.
“Haii,,,!!!Boleh kenalan nggak..?” kata cowok itu
“Hmm.. kamu ngomong sama aku?” jawab Dea menunjuk sambil menunjuk dirinya
“Ya iyalah ..!! Memangnya di sebelahku itu ada cewek lain selain kamu?” cowok itu memotong kata-kata Dea
“Oo.. Aku kira kamu ngomong aku,,,Hehehehe” . Namaku Dea.. kamu sendiri siapa? jawab Dea dengan tertawa
“Hmm.. Dea,nama yang bagus. Aku Gio..” kata Gio yang sedikit gombal.
“Ah.. bisa aja kamu..”
Akhirnya upacara pun selesai. Semua murid yang ada di lapangan kini menuju kelasnya masing-masing. Termasuk Dea, Nando, dan Gio. Nando pun langsung berjalan bersama Dea untuk menuju ke kelas. Murid-murid di SMA tersebut menyangka bahwa Nando dan Dea berpacaran, karena di mana ada Nando pasti ada Dea dan sebaliknya. Pada saat upacara, Nando tahu bahwa sahabatnya berkenalan dengan cowok yang bernama Gio.
Beberapa jam kemudian bel sekolah pun berbunyi, itu waktunya bel pulang. Tak lupa Nando mengantarkan Dea teman kecilnya tersebut. Seperti biasa, mereka berdua saat pulang sekolah pasti mampir dulu ke sebuah tempat yang mereka temui dijalanan saat mau pulang menuju rumah. Mereka mampir ke sebuah kafe untuk makan. Kemudian tak lupa juga ke toko aksesoris, karena Dea paling suka dengan pernak-pernik yang lucu untuk di koleksinya.
Saat di tengah perjalanan menuju rumah, Dea curhat kepada Nando tentang apa yang terjadi dengan dia saat upacara tadi.
“Nando.. Aku mau curhat.. Boleh nggak?” kata Dea dengan wajah sedikit berharap Nando mau mendengarkan curhatannya.
“Hmm.. Boleh kok.. Memangnya mau curhat apa?” jawab Nando singkat.
“Gini.. Aku senang deh tadi bisa kenalan dengan Gio..”
“Kenapa kok bisa senang..?” jawab Nando dengan nada yang agak heran.
“Ya.. aku juga nggak tahu.. Saat aku kenalan tadi jantungku berdetak begitu cepat. Apa aku jatuh cinta dengan Gio ya?” kata Dea dengan tersenyum.
“Hah.. Secepat itukah?” jawab Nando dengan nada agak marah.
“Kok kamu marah sih..?”
“Aku nggak marah kok hanya kaget dan heran aja..padahal kan kamu itu baru aja kenal ama dia”
“Ya.. aku juga nggak tahu.. Kenapa bisa begini..”
Kemudian mereka tiba di rumah mereka masng-masing. Lalu, Nando merenung dan berkata dalam hati, “Kenapa aku marah setelah mendengar semua curhatan sahabatku?”. Dia terus bertanya-tanya pada dirinya, “kenapa dengan aku sebenarnya? Apa yang terjadi padaku? Aku bingung.. Apa aku selama ini aku sudah jatuh cinta pada sahabatku sendiri? Ini tidak boleh terjadi....”
Diam-diam ternyata Nando sudah jatuh cinta kepada sahabatnya itu. Tetapi dia juga tahu, kalau Dea hanya menganggap dia tidak lebih dari seorang sahabat kecilnya. Dia tidak mau mengatakannya kepada Dea, karena dia tidak mau kehilangan sahabatnya hanya gara-gara dia mencintai sahabatnya sendiri. Dia lebih baik kehilangan cinta daripada kehilangan sahabat yang selama ini menemaninya.
****
Keesokan harinya, Nando ingin melupakan semua kejadian yang terjadi kemarin. Seperti biasa Nando menjemput Dea untuk berangkat sekolah. Sesampainya mereka di sekolah bel sekolah pun berbunyi. Mereka pun terburu-buru untuk menuju ke kelas, karena pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Ternyata ada tugas Bahasa Indonesia, tugasnya disuruh membuat cerpen tetapi kisah nyata yang pernah di alami oleh setiap murid.
Beberapa menit kemudian bel sekolah berbunyi waktunya untuk istirahat. Seperti biasa setiap istirahat mereka pergi ke kantin untuk membeli makanan atau minuman yang ada di sana. Tiba-tiba kejadian yang mengagetkan terjadi, karena pada waktu bel istirahat Gio menemui Dea yang berada di kantin. Kemudian Gio menyatakan isi hatinya kepada Dea. Pada saat itu Dea duduk bersama Nando yang sedang asyik makan.
“Dea.. Aku boleh jujur nggak?” kata Gio.
“Boleh kok.. ngomong aja..” jawab Dea dengan santai.
Kemudian Gio berlutut di depan Dea, di lihat murid-murid yang berada di kantin tersebut.
“Kamu mau nggak jadi pacar aku?” kata Gio sambil memegang tangan Dea.
Dea hanya terdiam dengan ucapan Gio yang baru saja di dengarnya.
“Kenapa.. kamu diam? Kamu nggak mau jadi pacarku ya,,,?” Gio melanjutkan perkataannya, karena Dea hanya terdiam dengan ucapannya yang tadi. Gio begitu pasrah dan menunggu jawaban dari Dea.
“Aku nggak bisa..”
“Aku sudah tahu pasti kamu akan menolak, karena kamu sudah punya pacar yaitu Nando kan?” Gio pun menunduk dan kecewa.
“Bukan.. Maksudku.. aku nggak bisa nolak kamu..Gio!! Oo..ya, kamu itu salah paham aku dengan Nando itu hanya bersahabatan sejak kecil. Memang banyak sih.. yang bilang kalau aku dengan Nando seperti orang yang berpacaran, tapi kita Cuma berteman kok...” jawab Dea menjelaskan semua kesalapahaman yang Gio maksud tersebut.
Mendengar itu semua Nando pergi dari tempat itu. Dia mendengar suara Dea yang memanggil dirinya. Tetapi, dia menghiraukan panggilan Dea tersebut. Entah mengapa dia ingin pergi dari tempat itu, dia tidak ingin melihat kejadian yang baru saja terjadi. Dia seperti tidak sanggup untuk melihat semuanya serta menahan rasa cemburu yang ada di hatinya. Hati Nando sangat terbakar mendengar itu semua. Dia terus berlari, berlari, dan berlari.
Dan tiba-tiba “brukk..” dia terjatuh, kakinya luka berdarah. Tetapi luka yang ada di kakinya tersebut tidak sebanding dengan luka yang ada di hatinya. Kemudian bel sekolah berbunyi, waktunya untuk pulang. Dia masih tetap duduk di lapangan belakang sekolah menatapi daun-daun kering yang jatuh berterbangan. Tempat itu memang tempat biasa Nando dan Dea berbagi kesedihan atau kegembiraan. Setelah itu, Dea mencari Nando, Dea pun pergi ke tempat tersebut. Akhirnya Dea menemui Nando sahabatnya itu.
“Nando.. kamu kenapa sih, tiba-tiba pergi? kata Dea bertanya sambil menyelidik.
“Aku nggak kenapa-kenapa kok” jawab Nando dengan santai, agar sahabatnya itu tidak bertanya lagi padanya.
“Hmm..gitu. Ya sudah ayo kita pulang.. Tetapi nanti aku pulang dengan Gio ya.. kamu nggak marah kan?” kata Dea.
“Ohh...ya nggak pa-palah kan Gio itu sekarang sudah jadi pacar kamu” jawab Nando meyakinkan Dea, tetapi sebenarnya hati Nando terluka saat mendengar itu semua. Dia tidak mau Dea tahu tentang rasa sakit hatinya tersebut.
“Nan, kok kaki kamu berdarah..?” kata Dea yang baru mengetahui bahwa kaki sahabatnya itu berdarah.
“Sudah..gak usah dipikirin ini cuma luka biasa aja, tadi aku kesandung. Oo..ya kamu sudah ditunggu sama Gio kan..? Kasihan Gio nunggu kamu lama hanya karena kamu bantuin aku” jawab Nando.
“Loh.. kamu kok ngomong gitu sih..? Aku ini kan sahabat kamu, aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu” kata Dea dengan wajah yang berlinang air mata.
“Nggak usah nangis.. Ya sudah ayo kita pulang”
Akhirnya Nando, Dea, dan Gio pulang bersama-sama. Dea dan Gio mengantarkan Nando terlebih dahulu. Setelah tiba di rumah Nando, Gio mengantarkan Dea. Nando ingat tadi ada tugas Bahasa Indonesia, membuat cerpen. Dia baru mempunyai ide, gimana kalau dia membuat cerpen tentang kisahnya sendiri. Kemudian dia membuat tugas tersebut, “aku mau Dea itu tahu kalau aku itu sayang sama dia melebihi sahabat” gumamnya dalam hati.
****
Hari-hari terus berlalu, Gio dan Dea makin dekat dan sulit untuk dipisahkan itu membuat Nando seperti orang asing di antara mereka berdua, Nando memutuskan untuk menjaga jarak dengan Dea. Walau bagaimanapun mereka adalah seorang sahabat. Nando merasa sahabatnya itu menjauhi dirinya hanya karena pacar. “Apa Gio merubah sahabatnya itu? atau Dea sudah lupa padaku?” kata Nando dalam hati. Kemudian dia menemui Gio untuk menanyakan apa yang dipikirkan selama ini.
“Gio, Dea mana..? Aku mau ketemu sama dia..” kata Nando kepada Gio.
“Kamu nggak boleh ketemu Dea lagi, karena dia udah jadi milik aku dan aku nggak mau hubungan aku dan Dea berantakan hanya gara-gara kamu..” jawab Gio dengan marah.
“Kok kamu ngomong gitu sih.. belum satu minggu pacaran aja sudah ngatur-ngatur aku sama Dea..?!?!” Aku ini sahabatnya dia sejak kecil..” kata Nando dengan nada emosi.
“Emangnya kenapa..? Suka-suka aku dong, aku ini kan pacarnya”
Mendengar kata-kata Gio tadi Nando tidak bisa menahan emosinya lagi, kesabarannya telah habis. Dan tiba-tiba saja “Ciaaatttttt....” Nando memukul Gio. Satu tonjokan mendarat dengan mulus tepat di muka Gio, tanpa berfikir panjang Gio pun membalas tonjokan Nando.
Pertengkaran itu semakin berlarut, sampai-sampai Dea mengetahuinya. Pada saat Dea melihat pertengkaran antara sahabat dan pacarnya itu, Sialnya... waktu itu Nando yang ingin memukul Gio. Tetapi Dea pun tidak percaya kalau sahabatnya tega melakukan perbuatan seperti itu. Kemudian Dea melerai pertengkaran tersebut.
“Nando.. Aku gak percaya semua ini. Kamu kok tega banget sih memukul pacar aku?” kata Dea dengan nada marah dan menangis.
“Dea, ini tidak seperti yang kamu lihat. Dia duluan yang membuat aku marah dan emosi” jawab Nando dengan suara yang begitu pelan dan berusaha menjelaskan semua masalah yang terjadi. Tetapi Dea tidak percaya apa yang dikatakan oleh Nando sahabatnya tersebut.
“Kamu itu selalu saja menggunakan kekerasan saat emosi untuk menyelesaikan masalah..!!! Kamu tidak peduli dengan orang yang kamu pukuli itu, yang baru saja kamu pukuli ini pacar aku. Kenapa kamu mengecewakan aku Nan..?” kata Dea yang masih marah.
“Maafin aku De,,,Aku nggak sengaja ngelakuin itu semua, aku refleks aja mukul dia. Biar aku jelasin dulu semuanya” jawab Nando dengan wajah yang berharap akan dimaafkan dengan Dea.
“Sudah deh, terserah kamu aja yang penting aku nggak mau lihat muka kamu lagi!!! Sebelum kamu itu minta maaf sama Gio”
“DEA..tunggu,,,,,,!!!” Nando benar-benar nggak percaya dengan apa yang didengarnya.
Sungguh Nando nggak pernah nyangka kalau Dea akan mengatakan kata-kata seperti itu. Dia pergi meninggalkan Dea, dia nggak bisa menahan air matanya. “Hanya karena pacar, dia seperti ini kepadaku” Nando mengomel dalam hati.
Kemudian Dea membawa Gio ke UKS untuk mangobati muka Gio yang lebam karena dipukul Nando. Beberapa saat kemudian bel sekolah berbunyi waktunya untuk pulang. Akhirnya semua murid pulang termasuk Dea, Gio, dan Nando.
****
Sesampai dirumah Nando menulis surat buat sahabatnya tersebut. “Dia sangat sayang kepada Dea, aku nggak akan ninggalin kamu. Tetapi kalau kamu memang nggak mau ketemu aku lagi, nggak pa-pa, kamu nggak usah khawatir, kamu nggak akan pernah lihat aku lagi, aku akan pergi dari kehidupan kamu untuk selamanya, semoga kamu bahagia dengan Gio”, dia meletakkan kata-kata itu di surat yang akan diberikan kepada Dea. Dia menulis surat tersebut dengan berlinangan air mata yang jatuh ke kertas itu.
Keesokan harinya nando masuk sekolah untuk berpamitan dengan guru-guru di sekolah serta menitipkan surat yang ditulisnya untuk Dea, kepada salah seorang teman sekelasnya. Dia menitip pesan kepada Dea. Bahwa dia akan pindah sekolah. Dia memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan tinggal bersama orang tuanya yang bekerja di sana, dan mungkin nggak akan kembali lagi.
Bel sekolah pun berbunyi waktunya untuk masuk ke kelas. Dea kaget, karena bangku yang ditempati Nando kosong. Dia bertanya-tanya dalam hati. Apa Nando sakit, ataukah dia masih marah karena kejadian kemarin dan malu untuk bertemu aku.
“Ehh..kamu liat Nando gak..?” kata Dea kepada Tiara.
“Oh,, ya aku lupa tadi Nando masuk tapi cuma titip ini sama aku” jawab Tiara sambil menyodorkan surat yang ditulis Nando buat Dea.
“Apa ini? Terus Nando mana?” kata Dea dengan heran.
“Nando sudah pergi..” jawab Tiara hampir nggak terdengar.
“Pergi..?”Pergi kemana, kok aku gak tau sih..?”
“Aku juga nggak tahu De, Nando nggak bilang, dia hanya bilang kalau dia bakal pergi dan nggak akan kembali lagi ke sini, karena dia bilang kamu nggak mau ketemu dia lagi.” jelas Tiara.
“NANDO...” Dea nggak sanggup ngomong apa-apa lagi, dia menyesal karena kemarin telah mengusir Nando sahabatnya hanya demi pacarnya, dia nggak nyangka kata-katanya waktu sedang marah itu sudah buat Nando sakit hati dan dia kehilangan sahabat yang sangat menyayanginya. Dia rela melakukan apa saja, agar aku bahagia dengan Gio.
Nando, maafin aku. Kata Dea dalam hati. Aku nyesel udah ngusir kamu kemarin. Hanya itu yang bisa diucapkan Dea. Kemudian Dea membaca surat dari Nando.
Setelah membaca surat itu, Dea kaget karena sahabatnya selama ini ternyata mencintai dirinya. Aku berkata dalam hati, “Kenapa kamu nggak ngungkapin semuanya padaku? Seandainya saja kamu mengungkapkan semua perasaan kamu sama aku, mungkin aku lebih memilih kamu daripada Gio. Aku nggak akan marah, kalau kamu jujur sama aku. Kenapa kamu pergi nggak pamit dulu padaku? Aku kan sahabat kamu Nando....!”. Tetapi kini semuanya sudah terlambat. Nando sudah pergi meninggalkan dirinya. Sekarang Dea sadar bahwa persahabatan lebih berharga dari sekedar cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar